Seminggu yang lalu, kami disibukkan oleh suami dari anggota
gereja kami. Namanya Jansen, ia bekerja
di freport, Timika, Sudah dua tahun
istri dan 3 anaknya tinggal di Jawa. Sebelumnya mereka tinggal di Timika. Dan bergabung di Gereja kami. Jadi Jansen tidak tinggal bersama
keluarga. Dia hanya berkumpul dengan
keluarga dua tahun sekali ketika mendapat cuti.
Dua minggu yang lalu Jansen mendapat libur. Ia berkumpul bersama keluarga. Tapi tanpa di duga ketika libur, ia menderita
sakit malaria. Rupanya ia sudah membawa
virus malaria dari Timika. Karena Jansen
di Timika sudah sering sakit malaria.
Kami membawanya ke rumah sakit daerah, jauh dari Kroya. Penyakit semakin memburuk. Alat pernafasan dipasang di hidungnya. Istrinya
panik setiap hari. Sudah lima hari
Jansen di opname. Kami sudah melayaninya
semampu kami. Pada hari Jumat, kami
mengunjunginya di rumah sakit. Nafasnya terlihat semakin pendek. Saya berkata:”Sabar ya Jansen. Tetap mengucap syukur ya dalam semua
keadaan. Pasti Tuhan menolong.” Tapi ia memandangku dengan aneh. Aku berpikir dia marah karena perkataanku. Tiba-tiba ku dengar ia berkata:”ya sebagai
manusia, saya salah. Saya kurang
mengucap syukur.”
Esok harinya hari sabtu, ia mengaku dosa kepada Tuhan. Ia meminta maaf kepada Tuhan, sebab selama
bekerja ia tidak pernah membawa persepuluhan kepada Tuhan. Dan berjanji kalau nanti sembuh, ia akan
memberi persepuluhan kepada Tuhan. Saya
senang mendengar, ia bertobat.
Pada hari minggu siang seusai kebaktian, kami mendapat
telepon. Istrinya meminta supaya kami
segera ke rumah sakit. Sebab Jansen
sudah mutah darah. Kami segera lari
secepat kilat. Sampai di rumah sakit,
kami mendapati Jansen sudah sangat sulit bernafas. Dengan darah di mulutnya. Jacob membersihkan darah dan keringat
Jansen. Kami berdoa supaya Tuhan
berbelas kasihan kepadanya. Aku menangis melihat keadaannya, sangat
menyedihkan.
Selam empat jam kami mendampinginya, tiba-tiba Tuhan membawanya
pulang ke surga. Selanjutnya pemandangan yang mengharukan terjadi. Istri dan
keluarga menangis semua. Seakan tidak
menyangka Jansen di panggil Tuhan dalam usia 44 tahun. Dengan 3 anak yang masih kecil-kecil.
Jacob sebagai Pendeta segera mengurus segala sesuatunya
sehingga semua keadaan dapat teratasi.
Setiap malam kami mengadakan kebaktian penghiburan untuk keluarga,
sampai akhirnya jenazah Jansen di bawa ke Timika, ke tempat asalnya. Untunglah Freeport mau mengurus segala
sesuatu, tentang transportasi yang diperlukan untuk sampai ke Timika, sehingga
istri dan anaknya tidak mengalami kesulitan.
Tuhan tetap baik dalam segala perkara. Meski umur manusia tidak dapat di duga.