Kamis, 20 Oktober 2011

Umur ada di tangan Tuhan.


Seminggu yang lalu, kami disibukkan oleh suami dari anggota gereja kami.  Namanya Jansen, ia bekerja di freport, Timika,  Sudah dua tahun istri dan 3 anaknya tinggal di Jawa. Sebelumnya mereka tinggal di Timika.  Dan bergabung di Gereja kami.  Jadi Jansen tidak tinggal bersama keluarga.  Dia hanya berkumpul dengan keluarga dua tahun sekali ketika mendapat cuti.
Dua minggu yang lalu Jansen mendapat libur.  Ia berkumpul bersama keluarga.  Tapi tanpa di duga ketika libur, ia menderita sakit malaria.  Rupanya ia sudah membawa virus malaria dari Timika.  Karena Jansen di Timika sudah sering sakit malaria.
Kami membawanya ke rumah sakit daerah, jauh dari Kroya.  Penyakit semakin memburuk.  Alat pernafasan dipasang di hidungnya. Istrinya panik setiap hari.  Sudah lima hari Jansen di opname.  Kami sudah melayaninya semampu kami.  Pada hari Jumat, kami mengunjunginya di rumah sakit. Nafasnya terlihat semakin pendek.  Saya berkata:”Sabar ya Jansen.  Tetap mengucap syukur ya dalam semua keadaan.  Pasti Tuhan menolong.”  Tapi ia memandangku dengan aneh.  Aku berpikir dia marah karena perkataanku.  Tiba-tiba ku dengar ia berkata:”ya sebagai manusia, saya salah.  Saya kurang mengucap syukur.”
Esok harinya hari sabtu, ia mengaku dosa kepada Tuhan.  Ia meminta maaf kepada Tuhan, sebab selama bekerja ia tidak pernah membawa persepuluhan kepada Tuhan.  Dan berjanji kalau nanti sembuh, ia akan memberi persepuluhan kepada Tuhan.  Saya senang mendengar, ia bertobat.
Pada hari minggu siang seusai kebaktian, kami mendapat telepon.  Istrinya meminta supaya kami segera ke rumah sakit.  Sebab Jansen sudah mutah darah.  Kami segera lari secepat kilat.  Sampai di rumah sakit, kami mendapati Jansen sudah sangat sulit bernafas. Dengan darah di mulutnya.  Jacob membersihkan darah dan keringat Jansen.  Kami berdoa supaya Tuhan berbelas kasihan kepadanya. Aku menangis melihat keadaannya, sangat menyedihkan.
Selam empat jam kami mendampinginya, tiba-tiba Tuhan membawanya pulang ke surga. Selanjutnya pemandangan yang mengharukan terjadi. Istri dan keluarga menangis semua.  Seakan tidak menyangka Jansen di panggil Tuhan dalam usia 44 tahun.  Dengan 3 anak yang masih kecil-kecil.
Jacob sebagai Pendeta segera mengurus segala sesuatunya sehingga semua keadaan dapat teratasi.  Setiap malam kami mengadakan kebaktian penghiburan untuk keluarga, sampai akhirnya jenazah Jansen di bawa ke Timika, ke tempat asalnya.  Untunglah Freeport mau mengurus segala sesuatu, tentang transportasi yang diperlukan untuk sampai ke Timika, sehingga istri dan anaknya tidak mengalami kesulitan.
Tuhan tetap baik dalam segala perkara.  Meski umur manusia tidak dapat di duga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar